Kamis, 10 Mei 2012

Its not Dreaming, its just to a Remember ( ˘з(ˆvˆ) (PART 9)

         Udara semakin terasa dingin menggigit. Walaupun salju sudah berhenti turun, namun udaranya begitu dingin tak tertahankan. Sampai didalam mobil pun masih terasa bagaimana dinginnya udara pada hari ini. Aku mengemudi sendirian menuju rumah setelah semalam kemarin menemani Bella. Sebenarnya jika Ayahnya tak menyuruhku pulang, aku tak ingin pulang. Aku masih ingin menemaninya. Tapi mau bagaimana lagi? Toh jika disana aku hanya bisa menggangunya saja. Jadi sebaiknya ku biarkan ia beristirahat sajalah.
        
"Justin darimana saja kau?" Tanya Ibu yang sedang menikamti secangkir coklat hangat seraya menatapku saat aku memasuki pintu.
"Bella di rumah sakit. Jadi aku harus menemaninya." Jawabku acuh saat melihat ternyata ada Ayah di rumah ini.
"Apa? Ia sakit apa? Kenapa kau tidak memberitahu Ibu?"
"Apa Ibu tahu, suasana takkan serumit ini jika..." Ucapku kemudian menunjuk ke arah Ayah "Dia! Dia tak mau memberiku uang untuk membantu pengobatan Bella!" 
"Tapi aku..." Ayah angkat bicara.
"Sudah! aku tak mau mendengar ucapanmu!".."Bu, aku harus pergi mandi dulu dan setelah itu aku akan kembali ke rumah sakit" Ujarku sambil berlari naik ke atas dan segera pergi mandi.


****
'Tokk....'  Suara ketukan pintu kamarku yang tiba tiba saja muncul ketika aku selesai berpakaian. 
"Masuk!" Pintaku pada seseorang diluar yang mengetuk pintu kamarku. Tiga orang Pria dan seorang Gadis sebayaku masuk menemuiku.
"Hey.." Ujar David seraya bersalaman denganku.
"Hey.." 
"Ohya bagaimana Bella? Apakah ia sudah baikan?" Tanya Laura disertai senyuman.
"Dia...dia masih di rumah sakit." Jawabku sedikit memasang wajah cemberut.
"Aku turut berduka cita kalau begitu.." Ujar Laura menepuk pundakku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
"Aku punya ide!" Teriak Kevin menggelegar tepat di gendang telinga Ron yang saat itu bersebelahan dengannya.
"Bisakah kau pelankan volume suaramu dan jangan berteriak di gendang telingaku!" Bentak Ron sambil menutup telinga. Kami hanya cekikikan.
"Karna ini Ide yang sangat fantastic, jadi aku harus berteriak" Balas Kevin.
"Tapi tak perlu ditelingaku juga!" Ron semakin sebal.
"Tapi aku tidak sengaja!" Kevin membalas dengan berteriak kembali.
"Tuhkan! Kau berteriak lagi!" Ron membentak.
"Tapi kau tidak perlu membentakku!"
"Kalau kau tidak memulai berteriak di telingaku. Aku tak akan membentakmu!"
"Tapi kan aku sudah bilang kalau aku tidak sengaja!"
"Tapi kau......" Pembicaraan Ron yang terpotong oleh David. "Heh sudah! Kalian ini malah membuat suasana menjadi buram!".."Jadi apa idemu, Kevin?"
"Hmm...jadi begini ya,".."Kita harus memberikan suatu hadiah untuk Bella. Ya, hadiah yang takkan pernah ia lupakan dalam hidupnya.." Belum selesai Kevin bicara, Justin sudah memotong.
"Hadiah apa? Apa aku harus memberinya cincin? Atau berlian? Atau gaun mewah? Atau...."
"Dengar aku dulu! Kau ini bagaimana sih! Aku kan belum selesai bicara" Gerutu Kevin cemberut.
"Oke aku minta maaf. Jadi apa yang harus kuberikan?" Justin langsung memasang telinga lebar lebar dan mulai mendengarkan DRL.Kevin Spencer bicara.
"Tak perlu yang mahal. Sebenarnya ini mudah. Kau hanya perlu membuat malam natalnya kali ini menjadi berkesan. Dengan adanya Candle light dinner dan atau apalah. Dan nanti kalian akan berciuman dibawah Mistletoe dan itu awww itu so sweet bukan?"  Kevin mengakhirinya dengan gaya bicara sedikit kemayu -_-
Justin langsung bangkit dari duduknya dan tersenyum senyum tak jelas sambil mengangkat tangan kanannya seraya mengepalkannya, "Yap! Kau sangat benar! Aku akan membuat kejutan untuk Bella!"
"emm..sebenarnya kau menginjak kakiku" David mengenyahkan kaki Justin yang menginjak kakinya. Justin hanya cekikikan sembari tertawa bahagia.


****
      Sementara di rumah sakit Bella masih tertidur tak berdaya. Mukanya semakin pucat. Matanya semakin menguning. Ayah yang berada di sebelah Bella hanya menangis melihat keadaan anaknya yang tergeletak tak berdaya. 
"Ayah.."
"Ya sayang. Ada apa?"
"Aku...".."Aku sangat berharap bisa merayakan malam Natal terakhir bersama kalian" Ucap Bella diiringi senyum.
"Kau bisa sayang. Pasti bisa.." Jawab Ayah diiringi butiran butiran air matanya yang kini membasahi pipinya. Bella hanya tersenyum sambil mengelap air mata Ayahnya dengan tangan tangannya yang lemah.
"Ayah..Aku sangat ingat ketika aku kecil, Ayah selalu memarahiku ketika aku berusaha melompat dari atas atap dan terbang. Dan aku ingat betul ketika aku berusaha terbang bersama burung burung lalu Ayah memarahiku."
"Ya aku tahu. Kau sangat membenciku saat itu karna aku sudah melarangmu untuk melompat dan mencoba terbang bersama burung burung. Tapi..kau harus tahu Bella, jika selama ini aku jahat atau sangat keras padamu, itu semua hanya karna aku takut kehilanganmu. Kau satu satunya malaikat Ayah dan.."
"Aku menyayangimu, Ayah" Bella Memeluk Ayahnya sangat erat dengan penuh kasih sayang. Seakan akan pelukan itu tak mau ia lepaskan selamanya.
Tiba tiba saja seorang suster masuk dan menghentikan adegan drama Ayah dan Anak ini.
"eemm..Maaf Pak, Anak bapak bisa dirawat dirumah" Ia mendekati ayah Bella dan memberikan selembar kertas.
Ayah bella mencoba melihat surat itu dengan teliti. Astaga betapa terkejutnya, ternyata biaya pengobatan yang mahal itu akhirnya sudah ada yang membayar. 
"Siapa yang membayar ini suster?"
"Seorang dokter juga. Ia berkata, ia adalah mertua Anak bapak"
"Kalau begitu terima kasih"
"Ya pak. Oh ya, sekarang mari bereskan pakaian anak bapak karna detik ini juga ia sudah bisa dirawat dirumah"
Mereka pun membereskan Bella dan Ayahnya segera membawa Bella pulang.
       Sedangkan Aku?Aku sedang sibuk bersama teman temanku untuk mempersiapkan malam Natal terindah untuk Bella. 
"Apa ini akan berhasil?" Tanyaku.
"Tentu saja. Aku yakin ia akan sangat senang" Jawab David.
"Oh ya kita belum melihat keadaannya. Apa ia baik?" Tanya Laura sedikit khawatir.
"Kemarin sih ia baik. Dan mungkin sekarang sudah lebih baik." Jawabku percaya diri.
"Benarkah? Kau tak ingin menjenguknya?" Ron angkat Bicara.
"Bukankah kita sedang sibuk? Jadi aku tak ada waktu untuk kesana. Kita sedang menyiapkan surprise untuknya" 
"Kalau begitu telepon dia.." Pinta David.
"Ayolah...Ia sedang sakit, mana mungkin bisa mengangkat telepon" Aku sedikit sebal pada teman temannkku. Aku yakin Bella baik saja. Aku hanya tak ingin teman temanku menganggap Bella itu sakit parah. Aku yakin Bella Akan sembuh dan penyakitnya hanya penyakit ringan. 
Oke. Jadi mereka lebih memilih diam ripada mendengarku marah besar. Mungkin mereka berpikir jika saat ini aku Setres atau takut atau apalah..Tapi mereka salah. Aku tak takut. Karna aku yakin Bella akan Sembuh!


****
       Malam harinya aku bersama sedanku berniat menjemput Bella dirumah sakit. Jalanan malam ini begitu ramai. Hiruk pikuk orang bernyanyi dan berdoa didekat pohona Natal begitu terdengar jelas. Lampu lampu Natal menerangi jalanan. Ah pasti ini akan menjadi malam yang paling indah ^_^ Bella pasti akan senang menerima kejutan dariku.


"Maaf..Pasien yang bernama Isabella Moore sudah pulang" Ujar seorang suster ketika aku menanyakan Bella.
"Apa?! Pulang?".."Jadi ia sudah sembuh?!" Jawabku dengan raut wajah bahagia,
"Bukan..bukan begitu" Ujar si suster dan membuatku menekuk wajah kembali. "Maksudku, ia dirawat dirumah"
"Di rumah?".."Itu kan mahal? Siapa yang membayarnya?"
"Dia seorang dokter. Tn.Carter kalau tidak salah.."
"Ayah?" Jawabku sedikit berbisik. "Kalau begitu terima kasih suster" Aku pun segera pergi. Namun sebelum menuju rumah Bella, ada suatu hal yang harus ku urus terlebih dahulu.


'Tok..tok..' Ku ketuk Pintu rumah seorang dokter bernama 'Jonathan Carter'. Ia membukakan pintu dan terkejut melihatku. "Justin!".."Selamat Natal sayang.." 
Aku hanya terbelenggu melihatnya dan langsung memeluknya. "Selamat Natal Ayah.".."Aku sangat berterima kasih padamu. Aku menyayangimu"
"Aku juga menyanyangimu"
"Tapi sekarang aku ahrus pergi. Sekali lagi selamat Natal" Aku pun pergi sambil melambaikan tangan berpamitan dengannya. Ia hanya tersenyum meliahtku. Mungkin sosok Anak seperti inilah yang selama ini ia harapkan dariku.
Lalu tujuan selanjutnya adalah Rumah Bella.


"Tn.Moore..." Ujarku seraya mengetuk pintu rumahnya. Seorang Pria bijak keluar dengan tatapan tajam. Ah aku sudah biasa, ia memang menatap orang seperti itu.
"Tn.Carter. Selamat Natal.." Ia memelukku kemudia tersenyum.
"Ohya, aku ingin mengajak Bella.."
"Apa? Mengajaknay keluar? Apa kau tak tahu jiak ia sekarang parah?"
"Apa?" Aku tersendat.
tiba tiba seorang gadis lugu berwajah pucat keluar menghampiri kami. "Ayah aku tidak sakit. Biarkan aku pergi bersama Justin..".."Kumohon" Ia berlutu dibawah kaki Ayahnya dan membuat Ayahnya iab sehingga dibiarkannyalah ia pergi oleh Ayahnya.


"Kemana kita akan pergi?" Tanyanya saat kututupi kedua matanya oleh lenganku.
"Kau pasti akan suka.." Dan setelah beberapa langkah kami berjalan. akhirnya kubukakan matanya. Ia terlihat terlihat amat terkejut dan dengan raut wajah bahagia.
"Kau suka?"
"Tentu saja! aku sangat suka" Ia melihat kesekeliling yang penuh dengan lampu lampu natal. Dan disana sudah ada kursi untuk 2 orang.
"Kau ingat?".."Teater ini adalah tempat dimana pertama kali kita bertemu. Pertama kali aku mengenalmu dan pertama kali kita berteman. Tempat dimana aku mulai jatuh cinta padamu. Dan aku hanay berusaha membuat kita mengenang tempat ini"
Ia hanya tersenyum dan langsung memelukku. Ya tuhan, sekeltika tubuhnya terasa sangat dingin. Aku hanya berusaha memluknay sekuat tenaga seraya menghangatkan tubuhnya.
Kami berdua pun duduk. Dan datang 2 orang Pria yang membawakan makanan untuk kami. Mereka Kevin dan Ron. Kemudian seorang wanita bernyanyi lagu Your Still the One kesukaan Bella dengan diiringi gitar accoustic oleh seorang Pria. Mereka Laura dan David.
Ini membuat suasana semakin romantis dan Bella tak ada berhenti bernentinya berterima kasih padaku. Sepertinay ia benar benar senang.


"Mau berdansa?" Ujarku sambil mengulurkan tangan.
"Tentu saja.." Jawabnya mengangkap uluran tanganku. Akhirnya kami berdua pun berdansa ditemani lagu lagu kesukaannya.
"Kau bilang aku tidak bisa berdansa. Tapi kau hebat.."
"Aku sudah berlatih. Aku sengaja ingin membuatmu senang malam ini" Jawabku.
"Benarkah? Aku amat tersanjung"
Aku hanya tertawa kecil. "Tahukah kamu? Kau ini adalah wanita pertama yang berhasil membuatku berdansa. Dan kau wanita pertama yang mengajarkanku arti cinta. Mengajarkanku bagaimana selayaknya mencintai seseorang"
"Benarkah? Oh kau terlalu berlebihan..." Ia hanya tertawa kecil.
"Justin..Sebenarnya aku takut.."
"Takut apa?"
"AKu takut mati. Aku takut kau sedih jika suatu saat aku mati"
"Jangan bicara begitu! Kau takkan mati!" 
Ia hanay diam dan kembali tertunduk di pundakku.


"hmm..Justin, bolehkah aku meminta sesuatu darimu?" Ujarnya yang kini terlihat sangat lemah.
"Tentu saja. Apapun itu.."
"Bisakah kau menciumku?" Ujarnya. Aku hanya terbelenggu dan menatapnya tajam kemudian menciumnya. 
"Terima kasih sudah menjadi mukjizat di hidupku.." Ucapnya yang tak tersadar jatuh dalam pelukanku.
"Bella!..Bella!!" Teriakku sambil mencoba membangunkannya. David, Laura, Ron dan Kevin berlari ke arah kami. 
"Ia kenapa?!" Tanya Laura histeris.
"Aku tak tahu. Ia tiba tiba saja pingsan" Jawabku diiringi air mata deras.
"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit" Pinta Kevin dan kami pun segera pergi menuju Rumah sakit.
Bella yang berada di pangkuanku masih belum sadarkan diri. Dan aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku benci kenyataan yang harus kuhadapi sekarang!


****
        Keesokan harinya di pemakaman. Aku tak bersemangat. Tak ada semangat Natal yang mengalir di diriku hari ini.  Hanya kesedihan yang kurasakan. Akhirnya aku pun duduk di kursi dekat pohon, kembali mengingat masa masa bersama Bella.
Tiba tiba seorang Pria menghampiriku. "Tn.Carter.."
"Oh Hey.." Jawabku seraya mengusap air mataku.
"Kau menangis?"
"Hmm tidak"
"Benarkah?"
"Yap.."
"Baguslah kalau begitu. Karna Bella akan bahagia jika kau tetap tersenyum.".."Oh ya, aku hanya ingin memberikan ini padamu." IA pun memberikan sebuah Amplop padaku. 
"Selamat NAtal Tn.Carter.." Ia pun pergi meninggalkanku dan kau mulai membaca suratnya,


' Hey Carter ^_^


Apa kabarmu? Kuharap kau baik saja. Karan disini aku baik juga dan..akan lebih baik jika melihatmu tersenyum.
Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya padamu karna sudah menjadi mukjizat dihidupku. Dan Terima kasih sudah memberiku malam malam terakhir yang takkan pernah kulupakan. Mungkin sekarang kita memang terpisah. Tapi cinta kita tetap mengalir dalam darahmu. Namaku, kenangan, semua tentang kita masih berdegup di jantungmu. Jangan menangisiku. Kumohon!
Oh ya aku lupa, kalau aku belum memberitahumu soal keinginan terbesarku kan? Jadi apa kau ingin tahu? Keinginan terbesarku adalah melihatmu bahagia. Melihatmu menikah dengan orang lai nselain aku yang bisa membuatmu bahagia. Sederhana bukan?
JAdi apa kau mau mengabulkan keinginan terakhirku itu kan?
Jika iya, aku sangat berterima kasih padamu.
Aku mencintaimu Justin. AKu tetap hidup dihatimu. Dan aku akan tetap menajdi malaikatmu.
                                                                                    
                                                                                     Isabella xxo '


Ku tutup surat itu dan berjalan menuju makam Bella.
"Bella..Aku takkan melupakanmu. Tapi aku akan mencoba mengabulkan keinginan terakhirmu. Tapi kau akan tetap selalu ada dihatiku. Cinat kita seperti angin, aku tak bisa melihatnya tapi aku masih bisa merasakannya. Ketikan aku membutuhkanmu, aku hanay tinggal menutup mataku dan kau ada disampingku. Aku yakin itu..."


Aku pun pergi dan berjalan menuju rumah. MEncoba merayakan Natal dengan penuh suka.
Dan..mungkin mencoba memulai untuk membuka hati kembali ^_^
Inilah kisahku. Kisah dimana saat orang yang benar benar merubah hidupku harus pergi meninggalkanku. Walau sulit mengikhlaskannya tapi aku harus melakukannya.
Isabella Moore, kau tetap menjadi malaikatku. Selamanya.








Special Performing By :

 Dakota Fanning As Isabella Moore
Luke Benward As Justin Carter
Bella Throne As Laura Curtis
Austin Mahone As David Corbett
Jason Spevack As Ron Wright
Jake Short As Kevin Beneth

Jumat, 04 Mei 2012

My Princess Dreaming(˘ʃƪ˘)ღ (PART 5)

        Esoknya keadaan menjadi sediikit lebih baik. Ketika bangun, Lissa sudah menyiapkan sarapan untukku dan aku menerimanya. Tentu saja dengan sikap yang baik dan manis. Kejadian semalam yang hanya sekejap itu sudah merubah segalanya.
"Teett..tett..." Begitulah suara klakson mobil Tommy yang pagi ini menjemputku.


"Hmm, Lissa. Sepertinya aku harus pergi sekarang." Ujarku kemudian berpamitan dengannya. Dan apakah kau tahu? Ia melambaikan tangannya seperti itu lagi, ya layaknya wanita kerajaan. Aku hanya tertawa kecil melihat Lissa, yang sepertinya sudah terpengaruh oleh demam kerajaannku.


"Kenapa hari ini kita naik mobil?" Tanyaku kemudian duudk di kursi depan tepatnya di sebelah Tommy.
"Hanya tak ingin melihatmu bertengkar dengan Sammy di Bis nanti. Jadi lebih baik aku cari aman saja" Jawabku dengan tawa kecil. Ya, ia benar bisa membaca pikiranku. Jadi sekarang aku harus lebih hati hati jika memikirkan sesuatu.
Akhirnya sedan hitam mewah ini pun meluncur dengan mulusnya di jalanan. Beruntung hari ini jalanan tidak macet, jadi kami bisa sampai di sekolah hanya dengan waktu 15 menit.


          Kelas pertama, tepatnya kelas seni berjalan dengan lancar. PR menceritakan tentang impian pun berjalan dengan baik. Satu persatu anak maju kedepan dan mulai bercerita. Di mulai dari Sammy, "Aku ingin menjadi wanita terkaya di dunia, menjadi pemilik perusahaan perusahaan terkenal, menjadi Aktris sekaligus Model termahal di dunia, memiliki ribuan anak buah, dan juga menjadi penguasa Dunia tentunya. Terima kasih"
'Haha. Mimpi yang hebat untuk bisa mengahancurkan dunia' Batinku tertawa.
Kemudian disusul dengan Ellen yang menceritakan mimpinya yang terdengar cukup aneh.
"Aku ingin hidup normal. Aku ingin menjadi orang yang sederhana, hidup aman dengan keluargaku dan tak bermusuhan dengan siapapun. Aku ingin bahagia dengan orang yang kucintai dan juga dengan keluargaku. Terima kasih" Jelasnya yang diiringi tepuk tangan.
"Selanjutnya, kau Selena.." Pinta Mrs.Ramona. 
Aku pun segera maju kedepan kelas dan mulaimembuka lembaran kertasku. Memperlihatkannya pada satu kelas dan membuat kelas hening seketika.
"Aku ingin menjadi putri. Ya, putri kerajaan. Aku ingin bisa hidup disebuah Puri dengan diiringi dayang dayang yang akan selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Aku ingin menikah dengan pangeran. Pangeran yang benar benar tulus mencintaiku. Jadi pada intinya, mimpiku hanyalah satu. Bisa menjadi seorang putri kerajaan. Terima kasih" Tak kusangka pembicaraanku tadi mengundang tawa dari semua anak anak. Ya, kecuali orang yang paling baik. Yaitu Ellen dan Tommy. Mereka hanya terdiam dan tak mengikuti yang lain untuk mentertawakanku.
"Apa?! Apa salahnya dengan mimpiku?!" Teriakku kesal dan hampir menitikkan air mata.
"Haha impianmu sangat konyol.." Celetuk salah seorang murid bernama Robert.
"Ya benar. Dan mimpi konyolmu itu takkan pernah terwujud" Balas Joseph diringi tawa lepas.
"Haha apa kau pikir ini negri dongeng? Dan kau pikir kau bisa seperti Cinderella? Berharap suatu saat pangeran akan menikahimu dan kau bisa menjadi seorang putri kerajaan. Haha itu sangat konyol..." Tambah Samantha tertawa terbahak bahak. Dan tak lama kemudian semuanya terdiam setelah Mrs.Ramona menggebrak mejanya. "Diam semuanya! Diamlah!".."Selena, cepat duduk lagi.."
Aku hanya tertunduk malu saat berjalan menuju kursiku yang berada di belakang. Sorak anak anak menuntunku hingga kebelakang dan rasanya kursiku terasa berada di ujung dunia. Aku benar benar malu dan rasanya ingin mati saat ini juga, agar semua orang melupakan kejadian ini. 
"Jangan pedulikan mereka. Itu bukan hal yang konyol. Karna aku yakin aku akan bisa menajdi seorang Putri dan menikah dengan pangeran. Percayalah pada dirimu sendiri.." Hibur Tommy. Aku kembali tersenyum mendengarnya. Untungnya ada Tommy yang selalu membuatku tak perduli dengan tanggapan orang orang tentangku. 


         Tak terasa jam waktu Break telah berbunyi. Aku dan Tommy segera pergi ke kantin. Tapi seblumnnya kami mengambil makanan dulu di Catring. Oh memang sial hidupku! aku harus bertemu Sammy. Dan pasti ia akan mempermalukan hidupku sekali lagi. Dan kali ini bukan hanya dipermalukan didepan teman sekelasku, melainkah didepan seluruh murid sekolah ini.
"Haha, mimpi menjadi seorang Putri kerajaan. Hebat sekali. Seorang anak pengangguran ingin menjadi putri kerajaan. Bukankah itu sangat konyol?!".."Bahkan untuk menjadi Ratu dalam pemilihan Ratu Homecoming pun sangat mustahil. Jadi tak usah bermimpi sejauh itu anak desa..." Celetuk Sammy sekali lagi
Aku hanya terdiam dan berpura pura tak mendengarnya. namun Tommy, ia tak pernah bosan berdebat dengan Sammy.
"SAMMY! Berhenti mengolok olok orang! Janganlah berpikir kau segalanya!" Sentak Tommy hendak menampar Sammy algi, namun berhasil ku tahan.
"Kenapa?! Mau menamparku lagi?".."Silahkan silahkan..Aku tidak takut padamu! Lagipula dirumah kau bukan siapa siapa! Kau hanya anak pungut Paman Jeremmy!" Sambung Sammy yang membuat Tommy semakin kesal. Waww..pertempuran akan dimulai hari ini. Semua mata terpaku pada mereka berdua. Kepalan tangan tommy semakin kuat. Matanya memerah. Rasanya kekesalannya pada Sammy sudah memuncak dan sudah samapi ke ubun ubun. Namun aku mencoba menahannya. "Tom sudahlah. Kau bilang jangan perduli pada ucapan orang orang tentang kita. Jadi sudahlah jangan perdulikan Sammy. Dia hanya binatang jalang" Bisikku dan membuat Tommy sedikit reda. Kuatnya kepalan tangan tadi sedikit demi sedikit melonggar. Dan ia pun segera mengajakku ke kantin.
           Huh. Sialnya aku belum mengambil makanan. Aku hanya tertunduk menahan lapar. Melihat sikap Tommy yang tertunduk lesu aku jadi tak mau bertanya pada Tommy apakah aku boleh mengambil makanan, karna nanti aku takut dia marah.
Aku hanya berdoa kepada tuhan agar makanan datang dengan sendirinya padaku.
Dan Tuhan memang mendengarkan doaku,. Tak lama kemudian seorang malaikat datang membawakan makanan untukku dan Tommy. 
"Hey, kalian berdua pasti lapar ya?" Kata Ellen sambil menyodorkan makanan yang dibawanya pada kami. "Makanlah ini. Aku sengaja membawakannya untuk kalian"
"Terima kasih ya Ellen, kau memang baik" Jawabku semangat dan langsung melahap semua makanan yang dibawakannya.
"Kau kenapa Tom? sudahlah jangan dengarkan Sammy. Dia hanya orang gila" Hibur Ellen.
"Ya, kau benar. Aku juga sudah kesal padanya tapi aku mencoba bersabar. Bagiku dia hanyalah setan yang diturunkan Tuhan ke bumi untuk menggoda iman kita dan membuat kita kesal saja" Sambungku dengan mulut yang penuh dengan segala macam makanan.
"Benarkah?" Kata Ellen.
"Hmm..tidak juga" Jawabku acuh. Ellen hanya tertawa kemudia memakan jatah makanannya.
"Oh ya Ellen, apa yang lakukan kemarin? apa mencoba menjadi popular?" Tanyaku masih dengan mulut yang penuh makanan.
"Hmm..tidak juga" Jawabnya acuh sambil memotongi Hamburgernya menggunakan Pisau dan Garpu.
"Hey, bukan begitu cara makan Hamburger. Tapi kau harus menggigitnya" KAtaku sambil mengajarkannya memakan Hamburger dengan benar. "Apa di desamu tidak ada Hamburger? Kau benar benar purba ya"
Ia hanya tersenyum dan mencoba memakan Hamburger itu dengan cara yang kuajarkan.
"Jadi apa yang kau lakukan kemarin? Jika mencoba untuk menjadi Popular bukan begitu caranya. Percayalah itu takkan berhasil. cara memalukan seperti itu hanya akan membunuhmu" Jelasku panjang lebar.
"Lalu bagaimana jika kau ingin popular?" Tanyanya
"Hanya satu cara untuk bisa menjadi popular. Yaitu dengan mengikuti ajak pemilihan Ratu Homecoming yang daidakan setiap tahunnya."
"Dan Sammy, dia selalu memenangkannya, maka dari itu dia menjadi sangat popular" Sambung Tommy yang sudah bangun dari tundukannya.
"Benarkah?"... Tiba tiba saja pembicaraan kami berhenti, saat Mr.Julian mengumumkan sesuatu. "Anak anak. Mohon perhatiannya. Saya ingin mengumumkan bahwa pendaftaran untuk pemilihan Ratu Homecoming tahun ini sudah dibuka. Dan kalian bisa daftar saat ini juga.".."Yang berminat bisa mengangkat tangan saat ini juga" Sambungnya.
Tentu saja yang pertama mengangkat tangan adalah Sammy. Kemudian Beatrice yang merupakan senior kami juga mengangkat tangannya. Dan yang terakhir....
"Saya mendaftarkan teman saya, Selena Carter!" Teriak Ellen yang kemudian naik keatas bangku.
"Ellen, apa yang kau lakukan!" Bisikku seraya menyuruhnya turun.


"Hmm..Selena Carter?" Tanya Mr.Julian sedikit ragu ragu.
"Yap. Teman saya akan menjadi pemenang tahun ini. Saya yakin sir.." Jawab Ellen percaya diri. Lagi lagi orang orang tertawa mendengar jika aku akan mengikuti pemilihan kali ini. Aku hanya bisa tertunduk menahan malu lagi, "Matilah aku!"
"tenang Carter. aku akan membantumu. Kau akan menjadi pemenangnya.." Bisik Ellen, sedangkan aku hanya tertunduk malu.






NEXT PART 6 >>>

My Princess Dreaming(˘ʃƪ˘)ღ (PART 4)

          Aku segera membawanya keluar dan mencoba menjauh dari keramaian. Oh hebat sekarang aku benar benar merasa dipermalukan oleh orang ini. Aku jadi sedikit heran mengapa Nick mau mendekati wanita desa ini. Ya, maksudku ia sama sekali tak tahu cara menggunakan mesin Es-krim. Ia terlihat seperti wanita purba.
"Apa yang kau lakukan!".."Mencoba menjadi popular dengan cara seperti ini? Ini takkan membuatmu popular! Ini hanya aka nmembunuhmu!" Sentakku kasar.
"Kenapa? Apa salah jika aku ingin bekerja seperti gadis Amerika biasanya?!" Balas Ellen berteriak.
"Apa?! Maksudmu?"
"Umm...ma..maksudku.."
"Jawab aku!" Sentakku yang semakin heran dengannya.
"Sudahlah, tidak ada yang perlu dibicarakan.".."Terima kasih sudah menolongku. Aku mau pulang" Katanya sambil berjalan meninggalkanku dan  mengelap semua es-krim yang berlumuran di wajahnya. 
Sebenarnya ingin ku mengejarnya. Namu gengsi rasanya.
            "Awww!!" Teriakku ketika tiba tiba saja dijambak oleh Samantha. "Keparat! lepaskan tanganmu dari rambutku!" Sambungku seraya melepaskan tangannya.
Jawabnya berteriak tak mau kalah dan masih tetap menjambak. 
"Berani beraninya kau melakukan ini padaku" Teriaknya kencang sambil memperlihatkan rambutnya yang penuh dengan Es-krim tadi.
"Kau pantas mendapatkan itu karna kau sudah menggangu temanku!".."Percayalah kau bukan putri disini!" Ujarku kalem dan segera pergi menghindarinya. 
"Tapi aku pemilik sekolah ini!"
"Ya terus? Aku harus berteriak WOW gitu?" Ujarku kalem kemudia segera meninggalkannya.
Namun bukan Samantha, jika ia tak pernah mendapatkan apa yang ia inginkan. Jelas ia tak mau kalah olehku, akhirnya ia mengejarku kemudian membalikan tubuhku dan berusaha menamparku. Tapi untungnya samng pangeran datang menyelamatkan. "Bukan wanita jika ia bermain kekerasan!" Ucap Tom memegangi lengan Sammy.
"Kau ini! Kenapa kau selalu menghalangiku!" Teriak Sammy kesal.
"Karna aku tak mau kau menyakiti siapapun lagi! Especially my princess! Selena Carter"
"Berhentilah memanggilnya princess Tommy! Kita ini keluarga kaya dan tak pantas dengan gelandangan sepertinya" Balas Sammy diiringi tatapan sinis padaku.
'PLAAKKK' Akhirnya tangan Tommy berhasil mendarat di pipi Sammy. 
"Awww".."Aku akan melaporkanmu pada Paman Jeremy! Dasar anak pungut!" Jerit Sammy diiringi tangisan kemudian pergi menghilang dari pandangan kami.


"Tom, apa kau gila? Kenapa kau menamparnya? Kau ingin dilaporkan pada ayahnya lalu kau dikeluarkan dari sekolah? Dan pasti aku akan terbawa dan dikeluarkan juga dari sekolah. Oh tidak..apa yang harus ku katakan pada ayahku jika aku dikeluarkan?" Ujarku panik. 
"Sudahlah, jangan kau pikirkan." Jawabnya santai.
"Tapi...?".."Dan siapakah paman Thomas? Dan siapakah anak pungut?" Tanyaku sekali lagi.
"Ku bilang sudah lupakanlah..tidakkah kau mengerti ucapanku!" Sentaknya dan membuatku diam seketika. "Ayo! Ku antarkan kau pulang" Ia segera menarikku masuk kedalam sedan hitamnya.
Entah mengapa hari ini ia begitu berbeda. Tak ada canda darinya. Ingin rasanya aku bertanya namun ia pasti akan marah. Jadi yasudahlah lebih baik aku diam.


"Mau masuk dulu?" Tanyaku sedikit ragu karna wajahnya masih terlihat garang.
"Tidak terima kasih" Jawabnya singkat lalu kembali meluncur dengan sedan hitamnya.
Aku hanya mengehla nafas melihat tingkahnya. Sedikit aneh tapi...yasudahlah nanti juga baik kembali.


        "Aku pulang" Teriakku sambil melongok ke sekeliling dan ternyata dirumah kosong. Huh aku menghela nafas lega. Ternyata Lissa tidak ada, mungkin dia pulang dan takkan kembali kerumah ini lagi. Aku segera duduk di Sofa dan langsung memindahkan ke channel "V". Dimana disitu aku bisa menikmati musik musik Favouritku, sekaligus untuk penyemangat diri.
"Harum apa ini?" Ujarku yang tiba itba mencium bau sedap dari arah dapur. Kuikuti bau itu dan ternyata disana seorang wanita sedang memasak kue coklat yang baunya sangat harus jadi pasti rasanay sangat enak. Aku sangat senang karna sudah lama aku tidak makan masakan rumah, tapi aku juga sedih karna ternyata Lissa masih ada di rumah ini -_-
"Hey Selly. Ingin mencicipi?" Katanya diiringi senyum seraya menyodorkan sepiring kue itu padaku.
"Tidak" Jawabku acuh sambil memalingkan wajah.
"Benarkah? Kau tidak lapar?" Tanyanya lagi sambil mencium cium kue itu dan membuatku tak tahan tapi aku harus menahannya.
"Tidak!"
"Ohya? Ini enak lohh.." Sekali lagi ia benar benar membuatku tak tahan, jadi kurebut saja sepiring kue itu dari tangannya.
"Aku tahu kau takkan mampu menahannya. Bagaimana rasanya?..".."Apa enak?"
"Biasa saja" Jawabku dengan mulut yang penuh dengan kue itu. IA hanya tersenyum melihatku.
"Hmm Lissa..boleh aku minta lagi?" Tanyaku sedikit malu.
"Tentu saja. Kau boleh ambil semuanya"
"Oh terimakasih Lissa, kau baik sekali" Kataku kegirangan dan mengambil semua kue itu kemudian meluncur masu ke kamarku.
****
       "Tok..Tok...' Terdengar suara ketukan Pintu dari luar.
"Masuk" Pintaku dan kembali mengerjakan PR menggambarku.


"Hey..Sedang apa?" Tanya Lissa kemudai duduk di sampingku.
"Tentu saja mengerjakan PR, apa kau tidak melihatnya?" Jawabku tanpa menoleh padanya sedikitpun.
"Kau menggambar kerajaan?"
"Ya, aku mendapat tugas menggambar tentang impianku. Dan Aku sangat berharap bisa tinggal di sebuah Puri suatu saat nanti. Dan juga menajdi putri kemudian menikah dengan pangeran. Dan hidup bahagia selamanya. bukankah itu hebat?"
"Jadi kau ingin tinggal dikerajaan? Ingin menjadi putri dan menikah dengan pangeran?"
"Yap. Itulah mimpiku." Jawabku masih terus menyelesaikan gambarku.
"Bagus. Teruskanlah mimpimu, karna suatu saat aku yakin itu bisa terwujud." Ucapnya bijak sambil mengelus elus rambutku lembut.
"Jadi..apa mimpimu Lissa? Apa kau tidak memiliki mimpi?"
"Haha tentu saja aku punya" Katanya diiringi tawa kecil. "Aku bermimpi bisa bertemu dengan anakku. Anak yang selama ini hilang karna diculik. Mungkin jika ia masih denganku, ia seumuran denganmu" Sambugnya yang kini diiringi sedikit tetes air mata.
"Kau menangis Lissa?" Aku segera bangkit dan mecoba menenangkan Lissa. "Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengingatkanmu dan...aku minta maaf karna selama ini aku kasar padamu"
"Itu tidak masalah. Justru aku senang dengan sikapmu padaku, karna aku jadi merasa diperlakukan seperti ibu oleh anakku sendiri. Aku merasakan bagaimana jika kau marah padaku, itu membuatku senang. Terima kasih Selly, kau membuatku bahagia selama aku disini. Walapun hanya baru bebrapa hari" Jelasnya dan tiba tiba saja memelukku penuh kasih sayang. "Kau tahu Selly. Janganlah membenci seseorang yang masih bisa kau panggil Ibu. Karna tanpa seorang Ibu kau takkan bisa ada di dunia ini. Sejahat apapun ibumu, janganlah kau membencinya. Karna kejahatan yang dilakukannya adalah kebaikan untukmu. Dan tak pernah ada perasaan benci sedikitpun dalam hati seorang ibu pada anaknya. Yang ada hanyalah kasih sayang tulus yang slalu ia jaga untuk anaknya walaupun mereka tak bersama lagi" Sambungnya. Oh Tuhan rasanya aku tak tahan menahan air mata. Kasih sayang seorang Ibu yang sudah lama tak kurasakan, kini bisa kurasakan kembali. WAlaupun Lissa bukan ibuku tapi dia benar benar menjadi Ibu dalam hidupku. Aku berjanji akan bersikap baik padanya. Untuk hari ini, esok, lusa ataupun selamanya.


Ternyata kasih sayang seorang ibu memang tulus. Ia sudah tak bertemu anaknya selama beberapa tahun tapi ia masih menyayangi anaknya, walaupun ia tak tahu jika anaknya masih hidup atau tidak. Rasanya kau benar benar menyesal karna tlah membenci ibuku. Mungkin ibu bercerai dengan Ayah karna suatu masalah dan buka nbermaksud ingin meninggalkanku. 
Setelah beberapa lama aku dan Lissa saling bercanda, ia pun meninggalkanku untuk pergi tidur karna sudah larut malam. Sekecup ciuman darinya pun menempel di dahiku. Ciuman dari seorang ibu yang sudah lama tak kurasakan. "Selamat tidur sayang. Aku mencintaimu"


Setelah Lissa keluar. Segera kujamah telepon rumah yang berada dekat jendela kamarku. Segera pula kuhubungi Ibu. "Ku harap nomernya masih aktif" Ujarku dalm hati dengan perasaan deg-degan. Akhirnya ku tekan nomer telepon Ibu dan tak lama kemudian telepon pun tersambung. 
"Hallo. Jannet disini? Siapa disana?"
"I..I..Ibu..." ucapku gagu.
"Selena? Apakah itu kau?" Teriaknya dalam telepon.
"Ya ini aku bu. Bagaimana kabarmu bu? Baik baik saja kan?"
"Larut sekali kau menelpon, ada apa sayang? Ya aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Aku juag baik bu. Aku hanya sedikit rindu pada ibu."
"Benarkah?"
"Ya. Dan sebenarnya tidak sedikit. Tapi aku sangat sangat menyayangi ibu. MAksudku aku sangat merindukan Ibu"
"Aku juga merindukanmu nak. Aku rindu menyanyikan lagu sebelum tidur untukmu dan aku rindu mencium keningmu sebelum tidur."
"Kalau begitu lakukan saja sekarang bu. Nyanyikan aku dan ciumlah aku"
"Baiklah. twinkle, twinkle, little star how i wonder what you areup above the world so highlike a diamond in the skytwinkle, twinkle, little star how i wonder what you are. Selamat tidur sayang. Aku mencintaimu :* muaahhhh"


"Aku juga mencintaimu bu. Aku tidur sekarang ya" Kataku dan segera menutup teleponnya. Senangnya malam ini aku bisa tidur super nyenyak berkat ciuman dari ibu dan nyanyian dari ibu tadi :)
Jadi selamat tidur :)








NEXT PART 5 >>>









Kamis, 03 Mei 2012

Justin Bieber - Boyfriend



I'M SURE YOU WILL SPEACHLESS IF YOU SEEING THIS VIDEO :*
OHHH JUSTIN I LOVE YOUUU :3

Its not Dreaming, its just to a Remember ( ˘з(ˆvˆ) (PART 8)

            Saat sedang berjalan jalan di pemakaman yaitu untuk mencari tempat yang strategis untuk bisa melihat Pluto bersama Bella. Ya, itu adalah satu kejutan lagi untuk Bella. Karna sebelumnya ia pernah bilang jika ia punya daftar keinginan, dan salah satunya adalah melihat Pluto.
 Tiba tiba saja seseorang berteriak memanggil namaku dari kejauhan. Pria yang memanggilku itu keluar dari mobilnya.
“Justin!!” Teriak David seraya menghampiriku.”Apa yang kau lakukan disini?”
“Aku seharusnya menanyakan hal yang sama padamu” Tanyaku balik.
“Apa kau normal berjalan sendiri di pemakaman dimalam hari yang sangat dingin ini?”
“Mungkin?” Jawabku acuh.
“Mau kemana?”
“Hmm, ikuti saja..” Ajakku membawanya ke sebuah taman kecil yang berada di kuburan itu. Disana sudah terdapat peralatan yang akan ku gunakan untuk membuat Teleskop.
“Oke, jadi apa itu?”
“Ini peralatan  untuk membuat Teleskop”
“Teleskop?”
”Ya. Aku berencana membuat yang besar, untuk melihat Pluto bersama Bella”
“Apa?”..”Hmm maksudku maaf, soal gambar itu. Aku merasa brengsek sudah melakukan hal itu pada Bella. Dia tak punya salah apapun padaku.” Jelasnya.
“Sudahlah. Aku sudah melupakannya.”..”Hmm sebenarnya ada sesuatu yang ingin ku ceritakan padamu..:” Ujarku sedikit ragu.
“Apa?”
“Kau tahu, jika selama ini Bella mengidap suatu penyakit. Tepatnya Leukimia.” Seketika aku tertunduk. ”Aku tahu penyakit itu belum ada obatnya, tapi..setidaknya aku harus bisa membawanya berobat. Tapi masalahnya aku tak punya cukup uang, kau tahu kan aku tak pernah menabung. Aku benar benar bingung memikirkan cara untuk bisa menyembuhkannya” Ceritaku yang membuat David pun seketika menunduk.
“Aku tak percaya dia punya penyakit yang sangat berat.”..”Aku tak bisa membantumu, tapi mungkin yang lain bisa. Kau tahu kan jika keluargaku baru saja mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk mengeluarkan Ayahku dari penjara. Atau mungkin kau bisa minta bantuan Papahmu?”
“Apa? Aku harus meminta bantuan Pria sialan itu?!”
“Bagaimanapun juga dia itu Ayahmu. Dan dia kaya, pasti dia akan memberikan bantuan untukmu. Tak ada salahnya kan mencoba?”
“Tapi..bagaimana kalau dia tidak memberikan uang? Dia mungkin akan menyangka jika aku menggunakan uang itu untuk foya-foya.” Tuturku.
“Dia pasti akan membantumu. Cobalah demi orang yang kau sayangi”.David menepuk nepuk punggungku *puk-puk*. “Aku tak ingin melihatmu sedih kawan. Karna sampai kapanpun kita tetap sahabat.” Kami berdua pun Toss diiringi dengan pelukan. Sedikit terharu dengan sikap David yang masih mau menganggapku sahabat. Ternyata bersahabat itu memang tak mengenal batas.

****     
Keesokannya sepulang sekolah, aku menuruti kata David. Menemui Ayah dan mencoba meminta bantuannya. Saat mendekati pintu, sedikit ragu meminta bantuan orang yang sangat kita benci. Tapia pa dayaku, inilah yang harus kulakukan untuk Bella.
*Tookkk…Tookkkk*  “Papa buka pintunya!!!”
“Justin? Hey ada apa kawan?”..”Ayo masuk” Katanya sambil menunjuk ke dalam sebagai isyarat untuk menyuruhku masuk.
“Jangan banyak basa basi!”..”Aku butuh bantuanmu sekarang!”
Ada apa? Apa kau dan Ibumu baik baik saja?”
“Ya kami baik. Tapi ini mengenai pacarku, Bella”..”Dia…dia terkena kanker. Dan aku butuh biaya untuk membantunya berobat.”
“Tapi…ayah belum memiliki uang saat ini”
“Kalau begitu lupakanlah, aku sudah menduga kau takkan memberikannya padaku!” Ketusku seketika pergi meninggalkan Pria itu.
“Justin tunggu…!!!” Teriaknya dari kejauhan tapi kuabaikan dan segera membawa sedanku melesat pergi.

            Saat sedang di kedai kopi sambil memikirkan bagaimana cara untuk bisa mengobati penyakit Bella, tiba tiba saja 3 orang Pria diiringi seorang wanita dibelakangnya menghampiriku. Saat sedang tertunduk lesu, wanita itu menepuk punggungku dan ketiga Pria itu duduk mengelilingiku.
“Hey teman, sudah mendatangi Ayahmu?” Tanya David.
“Sudah,” Jawabku acuh dan masih tertunduk. “Dan ia tak memberikanku uang.”
“Aku sudah menduganya” Celetuk Kevin yang seketika mulutnya disumbati sepotong Roti yang ada di meja oleh Ron. “ssttttt” bisik Ron.
“Ya sudahlah kami akan membantumu memberikan hari hari terbaik dalam hidup Bella. Karna kami takkan bisa membantumu dengan uang” Ujar David. Aku hanya terdiam masih tertunduk lesu.
“Hey berbahagialah, jangan bersedih kawan. 4 hari lagi Natal kan. Jadi percayalah, jika Tuhan punya kado special untukmu” Hibur Ron.
“Bicaralah, tentangmu atau tentang Bella..” Pinta David.
“Dia adalah orang yang paling baik yang kukenal”
“Aku mengerti,”..”Senang bertemu denganmu kawan. Kami akan segera pergi, aku yakin kau ingin menghabiskan waktu sendiri bukan?” Ujar David sambil menggiring Kevin dan Ron. “Lau, mau pergi sekarang?” Tanyanya pada Laura yang daritadi masih terdiam.
“Nanti aku menyusul." Jawab Laura kemudian duduk di sampingku. Ia mengeluarkan beberapa foto dari dalam Tas-nya.
"Ini." Katanya sambil memberikan kertas kertas itu padaku. "Ini foto-foto waktu pementasan Drama. Dan Bella terlihat sangat cantik disini"
"Terima kasih ya,".."Ini sangat berharga untukku"
"Hmm, aku minta maaf soal foto itu." Katanya sedikit malu malu.
"Ah sudahlah, aku dan Bella sudah melupakan hal itu."
"Kurasa kau bersama orang yang sangat tepat untukmu" Ujarnya dengan senyum. 
"Ya, aku bahkan tak tahu kenapa. Ia benar benar merubah segalanya. Ia sangat tepat untukku"
"Bagaimana perasaanmu saat ini?"
"Aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Ya, aku juga baik.".."Hmm hanya itu yang ingin ku berikan padamu, jadi sepertinya aku harus pergi sekarang. Jika butuh bantuanku hubungi saja aku." Laura pun beranjak dari kursi. Belum jauh ia berjalan, aku berteriak memanggilnya "Laura. Terima kasih ya"
Ia membalasnya dengan senyum diiringi anggukan.
Aku senang karna semuanya kembali normal. Teman temanku kembali tanpa sedikit paksaan. Mereka memang sahabat terbaik.


****
           Malam ini. Tepatnya dua malam sebelum natal tiba. Jadi pada intinya malam ini Seperti janjiku pada Bella. Aku akan membawanya ke sebuah tempat, dimana di tempat itu terdapat teleskop yang sangat besar yang berhasil ku buat dengan susah payah. Walaupun aku tidak tahu apakah teleskop ini akan berhasil dan berguna. 
Butiran butiran Salju yang kini sedikit demi sedikit sudah berhenti berjatuhan karna 2 hari lagi natal akan tiba. Aku senang karna mungkin tahun ini Natalku akan lebih bermakna, dengan adanya Isabella Moore disampingku.
“Kita akan kemana?” Tanya Bella dengan sedikit bersemangat. “Kau akan membawaku kemana?”
“Kita akan melihat sesuatu yang sangat kau ingin lihat” Jawabku masih menutupi kedua matanya dengan telapak tanganku.
“Benarkah? Oh aku senang sekali kalau begitu” Ujarnya lebih bersemangat. Tak lama kami berjalan, akhirnya kami sampai di tempat yang dituju. Bella begitu terkejut begitu melihat teleskop besar yang kini ada di hadapannya.
“Oh Tuhan, kau..kau membuatnya?” Teriaknya bahagia. Ia tahu jika ini buatanku, karna tidak cukup rapid an juga ada sedikit tambalan.
“Hmm ya, dan…aku harap kau menyukainya. Walaupun ini sangat jelek” Jawabku malu.
“Jadi benar kau yang membuatnya? Ini sulit Justin. Tapi kau berhasil melakukannya. Terima kasih sekali Justin.” Ujarnya seraya memelukku.
Aku hanya tersenyum dan tak kusangka setetes air mata jatuh di pundaku. Ya kuharap itu tetes air mata bahagia dari Bella.
"Tunggu dulu, apa yang akan kita lihat?" Tanyanya seraya melepaskan pelukannya.
"Pluto?"
"Tapi..bukankah itu hanya keluar saat matahari terbit?"
"Yaapp..".."Maka dari itu aku sudah membawa selimut, tikar untuk kita tidur, dan juga ada coklat hangat" Ujarku memperlihatkan semua barang tersebut.
"Hmm kita akan menginap disini?"
"Ya.. Kau keberatan? Atau Kau takut?"
"Ya. Maksudku aku senang. Aku sama sekali tak merasa takut. Ini akan menjadi malam terakhir dimana kau bisa tidur disampingku" Katanya sambil tersenyum dan melihat ke angkasa. 
"Jangan berkata seperti itu! Kau tahu kan jika kita akan menikah! Kau akan tidur disampingku selamanya!" Sentakku kesal.
"Tidak.." Jawabnya kaku.
"Tidak? Maksudmu tidak? Kau tidak ingin menikah denganku?" Gumamku.
"Bukan begitu maksudku..."
"Lalu apa?" Sentakku lagi dan ternyata sentakanku kali ini membuatnya seketika terjatuh di pelukanku. Ternyata ia tak sadarkan diri! Oh Tuhan aku benar benar takut. 
Saat itu juga aku membawanya masuk kedalam mobil lalu langsung membawanya ke rumah sakit.


****
           Beberapa menit kemudian suster dari dalam Ruangan Bella keluar. Bella sudah siuman dan aku sudah boleh masuk menemuinya. Benar benar tak kusangka. Wajahnya begitu pucat. Bola matanya sedikit kekuning kuningan. Badannya kelihatan sangat lemah dan tidak berdaya. Ia hanya tersenyum sambil menatapku yang berada di dekat pintu.
Aku benar benar tak tahan melihat kondisi Bella. Aku langsung berlari memeluknya erat. Air mataku tak sanggup lagi ku bendung. Tubuhnya begitu dingin dan rasanya tak ingin kulepaskan pelukan ini. 
"Justin, ku mohon lepaskan aku. Tubuhku sangat lemah jadi aku merasa kesakitan jika kau peluk seperti ini" Ujarnya pelan. Aku pun melepaskan pelukanku dan mencium keduan tangannya.
"Bella. Maafkan aku, ini semua karna aku menyentakmu. Maafkan aku." 
"Ini bukan salahmu. Tapi ini yang dinamakan Takdir Tuhan. Terima kasih untuk segalanya. Terimakasih untuk semua kebahagian yang telah kau beri padaku." Jawabnya lembut. "Sekarang pulanglah. Ini sudah larut, kau pasti capek. Kunjungi aku besok saja. Besok kan malam natal, jadi aku ingin menari dan aku harap kau bisa mengabulkan permintaanku"
"Tidak! Aku tidak mau pulang. Aku hanya mau pulang jika kau sudah dinyatakan baik baik saja." Gerutuku dan masih tetap menggengam tangannya. Hingga akhirnya aku pun tertidur di rumah sakit itu dan tepatnya di samping Bella.
Aku benar benar berharap ini bukan malam terkahir dimana aku bisa tidur disampingnya.


"Aku mencintainya! sangat mencitainya!Tuhan berika ndia hidup! aku bersumpah takkan menyakitinya!" Jerit batinku.






NEXT PART 9 >>> (END)