Satu minggu berlalu. Aku mencoba menghafal dan menghafal skrip itu. Namun hasilnya tetap gagal. Ya, aku tahu kalau aku memang tidak mahir dalam bidang menghafal. Tapi kupikir setidaknya aku bisa ber-akting, namun aku pun tak bisa.Karna ini adalah ahri minggu, seperti biasa aku dan teman temanku selalu berkumpul di salah satu rumah. Dan kini di rumah Kevin. Teman temanku benar benar asyik bermain Xbox baru Kevin. Sedangkan aku tersiksa sendirian dalam skrip menyebalkan ini.“Ayolah kalian harus membantuku!” Cetusku pada ketiga temanku yang sedang asyik bermain game, sedangkan aku tersiksa menghafalkan skrip sendirian.
“Kau harus mencoba permainan ini, ini keren bung!” Ujar Ron semangat.
“Oh ayolah, aku beanr benar tidak bercanda! Kalian harus membantuku, kalau aku tidak berhasil dan menghancurkan drama kali ini. Itu berarti aku akan di keluarkan dari sekolah. Jadi kumohon seriuslah, aku hanya punya waktu 2 minggu lagi!” Balasku sedikit kesal. Dan teman temanku masih mengacuhkanku.
“Kau takkan bisa menghafal ini semua dalam waktu 2 minggu. Bahkan orang jenius seperti Louis Anderson pun takkan bisa menghafalnya dalam waktu satu bulan”. Ujar David.
“Siapa yang menulis skrip ini? Aku akan membunuhnya” Celoteh Kevin.
“Oh ayolah serius!” Ketusku.
“Lagipula bermain peran seperti ini membuatmu seperti orang bodoh di depan semua orang. Dan akan merusak reputasimu” Sambung Ron.
“Dengar aku tak punya pilihan. Jadi sekali lagi dengar aku..”..”BISAKAH KALIAN MEMBANTUKU?”Teriakku lebih jelas.
“Oke, maafkan aku. Disini aku hanya menggangu. Jadi aku harus pergi” Ucap David dan langsung pergi dari rumah ini.
“Aku juga, sepertinya aku akan menggangu. Aku harus pergi sekarang” Tambah Ron dan ikut pergi juga dari rumah ini.“Oke Kevin, tak ada alas an. Jadi bantulah aku” Pintaku.
“Aku…Aku tidak bisa. Aku tidak mahir. Jadi sebaiknya kau pulang dan minta bantuan ibumu atau laura” Jawabnya.
“Huh, aku tahu ini takkan berhasil. Baiklah aku pergi sekarang” Akhirnya aku pun memutuskan untuk pergi dan aku mulai memiliki satu ide untuk menanggulangi masalah ini. Yaitu, aku akan meminta bantuan Bella. Ya karna tiap tahun ia mengikuti Club ini, jadi pasti ia akan sangat mahir. Terlebih ia adalah lawan mainku.
***
Saat itu ku lihat sekeliling, berharap tak ada siapapun disini. Dan memang beanr ternyata, di lorong Locker ini sedang sepi. Disitu ku lihat ada Bella dan aku mengehla nafas karna disaat seperti ini tak ada yang melihatku.“Bella…” Panggilku sedikit berbisik.
Bella yang saat itu sedang berdiri di depan Locker nya, langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. “Apa yang kau inginkan? Aku begitu tahu tentang dirimu, selama ini kau tidak pernah menyapaku duluan
“Aku butuh bantuanmu mengenai kalimat kalimat yang harus ku hafal. Ku pikir kau akan sangat mahir, karna kau mengikuti Club drama ini tiap tahun
“Wow..Justin Carter meminta bantuanku?” Gumamnya dengan sedikit tawa.
“Ya” Jawabku singkat.
“Oke, aku akan mendoakanmu” Ujarnya sambil hendak pergi dari tempat itu. Namun seketika ku tarik lengannya.
“Bella dengarlah…” Ucapku yang terpotong olehnya.
“Jelas sekali kau belum pernah meminta seseorang untuk membantumu sebelumnya,
“Tapi bantuan ini bukan untukmu Oke, ini demi kebaikan bersama” Ketusnya.
“Ini memang demi kebaikan bersama. Robbin Rainey berhak mendapatkan yang terbaik” Rayuku. Ia hanya tersenyum lalu saat itu juga hendak pergi dari hadapanku dan seperti mengabaikanku.
Namun ku tarik lengannya lagi untuk yang kedua kali.
“Bella, kumohon..”
“Hmm..baiklah” Katanya sambil menghela nafas. “Tapi dengan satu syarat”
“Apa?Katakanlah?”
“Kau harus berjanji padaku. Jika kau tak akan pernah jatuh cinta padaku”Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Menurutku itu sebuah lelucon yang sangat lucu yang pernah ku dengar. Aku hanya mengangguk dan meng-iyakannya. “Baiklah. Itu bukan hal yang sulit”
“Oke. Datanglah ke rumahku seusai sekolah.”
(Suasana Rumah Bella)“Justin Carter is coming here?”..”Dia berbahaya untukmu sayang. Dia orang jahat, sembrono dan…” Ujar Ayah Bella.
“Ayah, bagaimana kalau pengampunan?” Pintanya.
“Tapi dia orang yang tidak bisa ku percaya untuk menjadi temanmu” Balasnya.
“Ayahh..dia bukan temanku, dia hanya..” Seketika ceritanya terpotong oleh suara bel rumah yang ku bunyikan. Ia pun membukakan pintu untukku.
Dan kami masih terlihat awkward.
“Apa kau akan membiarkanku semalaman di luar sini?” Tanyaku acuh.
“Come in” pintanya.
Dan kami pun segera masuk. Saat memasuki rumahnya, aku sangat merasa tak nyaman. Ia benar benar umat yang baik. Terlebih ayahnya adalah seorang Pendeta.
“Hmm, skrip ku ada di kamar. Jadi anggaplah rumah sendiri” Ujarnya dan segera naik ke kamarnya yang sepertinya berada di atas.Saat sedang melihat lihat sekeliling. Tiba tiba saja seseorang menepuk pundakku dari belakang.
“Tn.Carter?”..”Ku dengar kau mendapatkan peran utama di pementasan drama tahun ini?”.Aku hanya sedikit terkejut dan mencoba terlihat seperti orang baik di depan ayahnya.
“Ya, aku menjadi pemeran utama. Walau sebenarnya aku tidak mau” Ujarku sedikit berbisik.
“Selamat.”..”Jadi..kenapa kemarin aku tidak melihatmu berdiri di gereja?”
“Hmm, tapi aku melihatmu sepertinya” Jawabku acuh.
“Ayah..ayolah jangan meng-introgasinya.”Ujar Bella yang saat itu menyelamatkanku dari beberapa pertanyaan bodoh dari Ayahnya.
”Siap carter?” Sambungnya.
“Ya. Ayo lakukan”
Selama beberapa jam kami berlatih. Dan tepat pukul 8 malam, aku pun merasa bosan dan memutuskan untuk pulang. Sebenarnya ini cukup berguna, karna aku sedikit bisa menghafal skrip ini.
***
Keesokan harinya aku berharap tidak ada satu orang pun yang tahu kalau kemarin aku berlatih menghafal skrip dengan Bella. Itu benar benar akan merusak reputasiku. Akhirnya ku hampiri teman temanku yang sedang nongkrong di lorong Locker. Hampir mendekati mereka, tiba tiba Laura berlari ke arahku dan langsung memelukku.
“Sayang, sepertinya sudah lama kau sangat sibuk. Aku benar benar merindukanmu” Jelasnya yang saat itu memelukku. Aku pun menikmati pelukannya, karna memang sudah lama aku tak pernah jalan berdua dengannya.
“Ya sayang aku sangat merindukanmu. Sudah lama kau tidak pernah jalan berdua denganku” Balasku.
“Hmm..ngomong ngomong kemarin kau kemana? Kemarin aku kerumahmu. Dan ternyata tak ada siapapun. Padahal kemarin orang tua ku ingin bertemu denganmu” Umbarnya.
“Hmm..aku..”..”Aku ke..aku menemui ayahku” Jawabku sedikit kaku.
“Loh? Bukannya kau sangat sangat benci ayahmu dan..tak mau menemuinya?” Tanya David.
“Ya hmm, begini, jadi…”..”Sudahlah jangan membahasnya..”
Tiba tiba saja Bella menghampiri kami. “Hey Carter, jadi..siap untuk latihan seusai sekolah?” Sapanya.
Aku hanya tertawa kecil sambil menutup nutupi kejadian kemarin, “Ya dalam mimpimu”. Seketika teman temanku tertawa dan Bella hanya tersenyum membalasnya. Ku rasa ia benar benar tabah dan aku sedikit merasa bersalah. Karna sebenarnya aku lah yang memohon untuk bisa latihan dengannya.*** Singkat cerita, aku mendatangi rumah Bella. Dan berharap ia mau memaafkanku. Sebab ia adalah umat yang baik dan mungkin pemaaf. Dengan percaya diri aku mengetuk pintu rumahnya. Ia pun membukakan pintunya dan langsung menutpnya lagi.Lalu ku ketuk lagi dan tak ada jawaban.
“Ayolah Bella buka pintunya…” Pintaku sambil mengetuk ngetuk pintu.Beberapa kali ku ketuk dan akhirnya ia mau membukanya.
“Apa yang kau mau?” Tanyanya dengan sedikit nada kesal.
“Sepertinya suasana hatimu sedang tak baik ya. Hehe” Hiburku dan malah membuatnya semakin marah dan menutup lagi pintunya.
“Bella kumohon, bukalah pintunya…” Ujarku dan ia membuka pintunya kembali.
“Apa yang kau inginkan dariku?!” Sentaknya.
“Hey tenanglah. Jadi kuharap kita bisa berlatih bersama dan…” Ucapku yang terpotong olehnya.
“Jangan sampai ada yang tahu
“Ya karna aku berusaha membuat kejutan untuk semua orang jadi…” Ucapku yang lagi lagi terpotong olehnya.
“Kita bisa menjadi teman rahasia?” Sambungnya dengan senyum yang semakin lebar.
“Ya tepat sekali. Hebat Bella, kau bisa membaca pikiranku”
“Bagus sekali. Sepertinya kau juga bisa membaca pikiranku” Jelasnya dan langsung menutup pintu kembali.
“Bella bukalah…” Pintaku dan ia membukakan pintunya lagi.
“Apalagi?!” Sentaknya.
“Bella, aku tak bisa berteman denganmu” Ujarku pelan.
“Ya aku tahu. Aku ini pecundang dan pecundang sepertiku akan merusak reputasimu. Tapi asal kau tahu, awalnya ku kira kau ini orang baik tapi ternyata aku salah besar!” Jelasnya dan kembali menutup pintu. Aku pun langsung pergi dan menendang sebuah pot bunga yang ada di hadapanku “SHIT!”Dan ternyata omonganku barusan membuat Ayah Bella keluar dan memelototiku.
“Oke maaf, aku benar benar tidak sengaja” Singkatku dan langsung pergi
NEXT PART 5 >>(Apakah yang terjadi selanjutnya? Apakah Bella tetap marah pada Justin? dan bagaimanakah nasib Justin selanjutnya?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar