Di malam
yang sunyi. Aku sedang berbaring di ranjangku dan sesekali memikirkan kejadian
hari ini. Ya sedikit banyak berubah ku rasam sebab tidak biasanya aku berbicara
dengan Bella. Walaupun pembicaarn itu tidak resmi dan aku masih acuh tak acuh
bicara dengannya.
Saat sedang setengah melamun, tiba tiba saja Handphone ku berdering, itut tandanya
seseorang menelponku. Dan saat ku periksa ternyata itu adalah Laura. Tanpa pikir panjang aku langsung
mengangkatnya. “Ada
apa” Tanyaku singkat.
“Kau kenapa sih? Sudah baik aku mau meneleponmu. Jadi kenapa
seharian ini tidak mengirimiku pesan? Dan kenapa tidak ikut ke pesta Natalie?”
Tanyanya.
“Aku sibuk” Jawabku singkat lagi.
“Justin! Kau kenapa sih? Marah padaku?”
“Sudahlah tidak ada yang berubah dariku. Kau tahu, akhir
akhir ini aku akan sangat sibuk. Aku punya banyak kegiataan yang berguna
sekarang.”
“Tapi kau…”
“Sudahlah. Aku sangat capek hari ini. Jadi aku harus pergi
tdur sekarang. Bye, I love you”. Seketika ku tutup telepon dari Laura dan
segera memejamkan mata.
***
“Selamat
pagi Justin..”..”Wake up..Wake up..” Ujar seorang wanita yang saat itu
membangunkanku dari tidur.
“Hari ini
hari sabtu. Libur bu..” Ujarku dalam keadaan setengah bangun.
“Ayolah,
bangun bangun..”..”Mengaajar Privat” Gumam nya.
Dengan perasaan malas dan masih dalam keadaan mengantuk. Aku
pun segera beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi.
Ini benar benar kali pertama, dimana aku bangun sepagi ini.
Ya tepat pukul 07:00. bagiku ini terlalu pagi untuk mandi, tapi ya sudahlah
sebaiknya aku segera pergi mandi.
Beberapa menit kemudian berlalu. Aku sudah siap untuk pergi
ke sekolah. Dan Bus sekolah pun sudah menunggu. Aku pun segera pergi tanpa
berpamitan pada ibu. Ya, itu memang tidak sopan. Tapi bagiku itu hal biasa.
***
“Oke,
mungkin aku tidak terlalu mahir dalam matematika. Tapi apapun yang ku katakana
percayalah jika aku benar..” Gumamku pada Eric yang hanya melongo melihatku.
“Jadi
begini, yang mana yang merupakan segitiga sama sisi?” Tunjukku pada ketiga
bangun yang saat itu sedang ku ajarkan pada Eric. Eric saat itu hanya terdiam
seolah olah tidak ingin ku ajari.
“Oke kita
coba lagi. Yang mana diantara ketiga segitiga ini yang merupakan segitiga siku
siku?” Tanyaku sekali lagi.
“Menurutmu?”
Jawabnya yang malah sebaliknya bertanya padaku.
“Terserahlah!
Kurasa ini tidak ada gunanya!” Sentakku sambil melemparkan pensil yang saat itu
ku pegang. Eric pun saat itu juga pergi dari sampingku.
Aku benar benar saat itu. Se-sulit ini kah mengajari anak
tingkat 1?!
Akhirnya ku pasang headset
di kedua telingaku dan mulai mendengarkan bebeberapa lagu. Tiba tiba saja
Bella yang dari tadi sesekali melihatku kini duduk di sampingku.
Ia membawa beberapa buku tua nya dan mulai mencoba
mengajakku bicara. Namun aku mencoba mengacuhkannya.
“Hmm hey Justin,. Aku ingin membeli
computer baru dan aku butuh tambahan uang” Singkat ceritanya. “Jadi..mau
membeli buku bukuku?” Tanyanya sambil menunjukkan beberap buku tua nya itu.
“Tidak” Jawabku singkat.
“Oke. Hmm..Aku melihatmu tadi
mengajari Eric. Aku tahu pasti itu sangat sulit”..”Tapi semakin lama kau pasti
bisa.” Gumamnya.
Sedangkan aku tetap mengacuhkannya dan masih bernyanyi
nyanyi kecil.
“Oh iya apakah kau sudah
mengunjungi Josh?”..”Mereka bilang kondisinya saat itu parah dan sekarang lebih
membaik” Ujarnya dan masih ku acuhkan.
“Oh iya dan…” Belum selesai ia
bicara, aku sudah memotongnya.
“Apakah ini ide kecilmu untuk
berbicara?” Tanyaku kesal. “Jika iya, berarti kemampuan bersosialisasimu
payah!”..“Dan asal kau tahu. Jika Josh kondisinya parah, itu bukan salahku! Aku
tak menyuruhnya melompat” Sambungku.
“Itu disebut tekanan pada teman
sebaya” Ujarnya tenang.
“Bagaimana kau tahu? Kau membacanya
di buku bukumu yang berharga itu?”..”Dengarlah Bella, kumohon jangan berpura
pura seperti orang yang mengenalku” Balasku.
“Tapi aku memang
mengenalmu.”..”Kita selalu berada dalam kelas yang sama semenjak taman kanak
kanak. Hanya saja kau tidak pernah menyadarinya” Ceritanya.
“Jadi kau Isabella Moore. Pecundang
yang selalu duduk di meja nomer 18…”
“Tapi itu bukan meja pecundang, itu
hanya…” Ucapnya yang terpotong kembali olehku.
“Ya sebuah meja pengasingan diri.
Dan kau hanya punya satu sweater. Kau memandangi kakimu saat berjalan. Melalang
buana bersama anak anak setiap hari sabtu. Dan juga kau bergabung dengan Club drama
akhir tahun yang membosankan dan terdapat pecundang di dalamnya. Bagaimana
kedengarannya? Menurutku kau sangat sangat aneh..” Jelasku.
“Memang kau kira, kau tidak
aneh?’Tanyanya.
“Aneh? Kau pikir aku aneh? Kalau
aku aneh, aku tidak akan se-popular ini”
“Ya maksudku, kau tidak peduli
dengan kegiatan sekolah mau pun kelas. Kau suka sekolah karna kau popular. Dan
kau selalu beraksi jika ada yang melihat” Ujarnya.
Aku hanya tertawa kecil dan langsung memalingkan wajahku
darinya, “Terserah”.
Akhirnya ia pergi kembali ke tempatnya dan mulai mengajari
anak anak lagi. Aku benar benar tidak perduli dan langsung pergi ke kafetaria.
Disana ternyata ada teman teman kelompokku di meja nomor 1.
Saat aku menghampiri mereka, mereka semua malah bertepuk tangan.
“Kita sambut, inilah dia aktris baru kita..JUSTIN CARTER” Gumam
Kevin sehingga membuat teman temanku kembali bertepuk tangan.
Aku hanya tertawa kecil lalu menyenggol kepala Kevin.
“Kapan kau akan mulai bermain drama kawan?” Tanya Ron.
“Sebenarnya sekarang mungkin sudah di mulai latihannya, tapi
aku malas. Jadi…aku kesini” Jawabku sambil memakan burger milik Kevin.
“Kau harus latihan dan mengikuti pementasan drama itu. Kami
sangat mendukungmu. Kami akan datang di malam pembukaan dan berada di barisan
paling depan..” Ujar David.
“Benarkah?” Tanyaku.
“Ya, dengan sekarung tomat untuk di lempar” Sambungnya.
“Huh terima kasih”“Tapi aku benar benar tak sabar melihatmu berada di
panggung”
“Oh ya?!”
“Ya. Dan memakai riasan perempuan”
“Sekali lagi terima kasih.”.
Selama beberapa menit aku dan teman teman mengobrol dan
makan di tempat itu. Dan setelah hamper setengah jam lebih, aku pun memutuskan
untuk segera ke kelas drama. ”Sepertinya aku harus pergi sekarang, kelas drama
sepertinya sudah di mulai”. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan mereka dan
bergegas menuju kelas drama.
Saat aku memasuki kelas, ternyata kelas sudah di mulai.
Semua orang di ruangan itu melihat ke arahku. Begitu pun Bu Maria yang saat itu
menyuruhku segera masuk.
“Oh Tn.Carter akhirnya kau datang. Lebih baik terlambat
daripada tidak hadir. Jadi, ayo duduklah di samping Bella”. Akhirnya aku pun
duduk di samping Bella dan Bu Maria
mulai mejelaskan tentang cerita yang akan dipakai untuk
drama tahun ini.
“Di tulis oleh Robbin Rainey. Dan musik oleh Isabella Moore.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda kaya raya yang ternyata jatuh
cinta pada seorang penyanyi club yang misterius” Jelas Bu Maria. “Bella sebagai
wanita club misterius. Alice
berperan sebagai kekasih Thomas Drake yang bernama Caroline. Dan yang terkahir,
Thomas Drake di pernakan oleh Justin Carter”
“Hmm maaf Bu, tapi ku pikir aku datang kesini hanya untuk
melihat dan aku tidak ber-akting” Ujarku ragu.
“Oh tidak tidak, disini semuanya bermain perna dan tak ada
yang duduk diam sambil melihat.” Jawab Bu Maria,
“Tapi..Hmm begini, aku tidak bisa ber-akting”
“Aku akan mengajarimu. Itu hal yang mudah.” Ucap Bu Maria.
Aku hanya bersikap pasrah dan sedikit kesal.
“Jadi begini Anak anak. Kita hanya punya waktu 3 minggu
untuk berlatih drama ini. Jadi kita harus berlatih bersungguh sungguh” Teriak
Bu Maria.
Kami pun segera memulai latihan, dan kata kata dalam skrip
yang harus ku baca ini sangat menjijikan. Maksudku seperti, “Sayang aku tergila gila padamu. Aku
bernafas demi cinta dan aku mabuk karena cinta..”
Aku beanr benar tak percaya harus berperan sebagai pria yang
lemah karena cinta dan menggilai satu wanita. Karna Nyatanya, wanita lah yang menggilaiku dan bukan aku.
NEXT PART 4 >>>(Di rumah Justin mencoba menghafal skrip ini dan hasilnya selalu gagal. Akhirnya ia meminta bantuan Bella yang saat itu menjadi lawan mainnya. Dan disinilah awal kisah cinta mereka terjalin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar