Sabtu, 07 April 2012

Its not Dreaming, its just to a Remember ( ˘з(ˆvˆ) (PART 5)

           Selama beberapa hari kedepan aku mencoba mengahafal skrip ini sendiri. Walaupun agak sulit, tapi setidaknya sebelum Bella marah padaku, ia sudah mengajariku beberapa step agar bisa mengahafal skrip ini dengan mudah.
Karna ini hari Sabtu, seperti biasa aku harus mengajar tutor. Namun kali ini Eric memintaku untuk berhenti mengajarkan matematika padanya. Ia bilang aku payah dalam matematika, dan aku hebat dalam Basket. Jadi ia memintaku untuk mengajarinya Basket.
Saat aku sedang berada di lapangan Basket sendirian, tiba tiba saja Eric mendatangiku.
"Justin, bisakah kau mengajariku?" Pinta Eric.
"Apa?" Jawabku yang masih asyik dengan bola yang kupegang,
"Ajariku.." Pintanya sambil tersenyum.
"Aku rasa kau tahu jawabannya.Oke. Kamu, aku dan keranjang basketnya." Ujarku.
"Kita membentuk tiga sudut dari segitiga" Jawabnya yang masih bingung.
"Bingung? selangkah lagi ke depan" Pintaku.
"Apa aku berada disudut yang sama denganmu dan keranjang basket seperti sebelumnya?" Tanyaku
"Ya.."
"Apa kau sudah mengerti sekarang?" Tanyaku.
"Hmm..Ya"
"Jadi apa yang baru saja kita buat?"
"Segitiga sama kaki..".."Oh kau hebat Justin! Kau benar benar mengajariku" Gumamnya sambil tersenyum.
Aku pun membalas senyumnya dan melemparkan Bola Basket yang ku pegang padanya, "Ambilah..".."Cukup sampai sini belajarnya. ayo kita bermain.."
             Lalu kami pun bermain seperti semestinya. Entah mengapa aku merasa nyaman bermain bersama anak anak. Aku benar benar merasa hebat. Aku merasa..perubahan dalam diriku yang tiba tiba datang. Aku tak pernah bergabung dengan teman teman kelompokku lagi. Aku tak pernah datang ke pesta dan lebih sering menghabiskan waktuku di Club drama bersama orang orang baik dan bukan pecundang!
Hari ini sepulang mengajari mengajar Eric. Aku tak langsung pulang ke rumah. Aku berniat menjenguk Josh, yang kabarnya sekarang mulai membaik.
Ia dirawat di rumah sakit yang tak berada jauh dari sekolah. Saat ku temui, Josh kelihatan masih kesal padaku.
Aku mendekatinya, namun ia mencoba memalingkan wajahnya dariku.
"Hey Josh..".."Hmm..aku kesini untuk minta maaf"
"Kau tidak merasa bersalah sedikitpun waktu itu.." Jawabnya ketus.
"Oke mungkin dulu aku begitu, tapi sekarang aku merasa seperti berengsek." Jawabku dengan sedikit tawa.
"Kau tahu, dulu aku merasa sangat ingin menjadi temanmu, Tapi sekarang..Aku benar benar muak dengan kalian" Ujarnya masih sedikit ketus.
"Oke. Mungkin sekarang aku merasa benar benar jahat, saat aku menyuruhmu melompat dan bilang jika aku akan melompat juga. Tapi aku bohong, dan aku merasa seperti Brengsek yang sangat Brengsek.".."Apa itu sakit?" Tanyaku.
"Ya, sangat sakit. seperti di Neraka" Jawabnya sambil tertawa.
"Jadi..Mau memaafkanku?" Tanyaku masih dengan senyum.
"Ya, tentu. Aku bukan pendendam.." 
"Bagus.".."Sampai bertemu di sekolah.." Ujarku sambil Toss dengannya, lalu pergi dari rumah sakit.


           Saat keluar dari Rumah sakit. Ku lihat Bella dengan mobilnya menungguku. Ia melambaikan tangannya padaku dan kini aku membalasnya. Aku segera berlari ke arahnya.
"Bella...Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku melihatmu. Aku melihat perubahan dalam dirimu. Jadi..." Ucapnya yang terpotong olehku.
"Mau memaafkanku?" Sambungku.
"Tentu. Ayo latihan bersama.." Ajaknya. Dan kami pun segera pergi kerumahnya untuk Latihan bersama.
Ternyata Bella mau memaafkanku dan selama beberapa hari menuju pementasan, aku dan dia berlatih bersama. 
Hingga akhirnya waktu pementasan Tiba. Aku begitu gugup saat melihat begitu banyak penonton yang melihat pementasan drama ini. Ternyata banyak juga orang yang memintati drama ini. Saat ku lihat sekeliling ternyata benar di barisan paling depan sudah ada teman temanku yang datang, dan untungnya tanpa tomat untuk di lempar.
Ibuku pun menonton pementasan ini, dan duduk tepat di sebelah ayah Bella. 
Ini benar benar mendebarkan. Pementasanku yang pertama, dan aku tak boleh mengecewakan siapapun. Terutama Bella, ia yang sudah susah payah mengajariku. Kini aku harus memberikannya yang terbaik.
           Pementasan ini pun dimulai. Tiba tiba saja rasa gugupku hilang saat bermain dengan lawan mainku yang pertama yaitu Alice yang berperan sebagai kekasihku. Dan tiba tiba juga hatiku mulai berdegup kencang, saat dipasangkan dengan lawan mainku selanjutnya, yaitu Bella. Ia mulai memainkan jari jarinya di sebuah piano dengan lagu yang dulu pernah ku dengar saat berada di mobilnya, itu adalah lagu dari Shania Twain yang berjudul "Your Still The One.". Setelah selesai dengan lagunya, ia menghampiriku. DAn kami pun berciuman. Ya memang sebenarnya adegan itu tak ada dalam naskah. Dan seketika setelah kami berciuman, hiruk pikik mulai terdengar, penonton langsung bertepuk tangan. Dan alhasil, pementasan kali ini benar benar berhasil dan sukses.
Di belakang panggung ibuku dan pemain yang lainnya memberikan selamat padkau, begitu pula Bu Maria.
"Oh sayang, aku tak percaya. Itu bagus sekali.." Ujar Ibu dan langsung memelukku, "Benar benar sebuah perubaha sayang.."
"Oh ibu terima kasih, tapi..tolonglah hentikan. Aku malu" Ucapku dengan melepaskan pelukan Ibu, karna aku merasa sedikit malu.
"Aku tertarik dengan Aktingmu. Tidak bagus tapi tidak jelek juga, kau menarik Justin. Selamat!" Peluk Bu Maria.
Dan tiba tiba saja seorang Pria paruh Baya mendatangiku dan memelukku sambil memberi selamat, "Kau hebat Nak". Itu adalah Ayahku. aku langsung melepaskan pelukannya, dan bersikap acuh tak acuh.
"Apa yang papa lakukan disini?"
"Tentu saja menontonmu. walaupun hanya sebentar".."Ayo kita makan bersama"
"Aku tidak lapar" Jawabku acuh dan pergi darinya.
"Justin jangan pergi!" Teriak ayah dari jauh.
"Ayah yang mengajariku begitu!" Balsku dari jauh dengan acuh.
          
****
          Penampilanku semalam seperti memberi perubahan bagiku. Saat ku masuki kantin, orang orang disana menatapku. Begitu pula Laura yang menatapku tajam. 
"Oh tuhan lihat siapa yang datang" Bisik Ron.
"Jangan menatapnya sepert itu Lau," Bisik David.
"Sepertinya ia tidak ingin duduk bersama kita" Sambung Kevin yang juga berbisik.
Namun sudahlah, tak ku pedulikan mereka. Aku hanya mendatangi meja Nomer 18 yang disana terdapat Bella dengan buku bukunya.
"Hey.." Sapaku pada gadis bermata Coklat itu.
"Justin, apa yang kau lakukan disini..".."Orang orang akan melihatmu dan itu akan merusak reputasimu.." Bisiknya.
"Sudahlah, lupakan orang orang. anggap saja diruangan ini hanya ada kita berdua"
"Justin sepertinya teman temanmu tak suka jika kau denganku" Bisiknya sambil melihat sekeliling yang dari tadi memperhatikan kami.
"Ku bilang, jangan pikirkan mereka"
"Pergilah.." Usirnya.
"Bella, dengarlah. aku berusaha disini. Jadi jangan mengusirku"
"Apa?"
"Ya, mungkin...".."Mungkin..aku merindukan saat saat bersamamu. Mungkin..kau menginsprirasiku.." Tambahku.
"Terdengar seperti omong kosong" Jawabnya sedikit ketus.
"Bagian mananya?"
"Semuanya" Katanya acuh.
"Tidak!"
"Kalau begitu buktikan!" Katanya sambil beranjak dari kursi, dan aku berusaha mencegahnya dengan memegangin pergelangan tangannya.
"Bella! Kau tak tahu bagaimana caranya berteman!"
"Karna aku tak menginginkannya!" 
"Kau tak tahu apa yang kau inginkan. Kau takut seseorang menginginkanmu. Kenapa itu harus kutakuti? Kau tak bisa terus bersembunyi dibelakang bukumu...atau di belakang keyakinanmu!" Jelasku sedikit berteriak.
"Tidak" Jawabnya acuh dan sedikit memalingkan wajahnya dariku.
"Kau tahu sekali alasan kenapa kau takut? Itu karena kau ingin bersamaku juga" Ujarku dan seketika membuat pipinya memerah padam. Ia langsung melepaskan lenganku dari pergelangan tangannya dan pergi meninggalkanku.

****
         "Ayo kita berpesta!" Teriak Kevin sambil memutar lagu hip hop nya dan menari tak jelas. Itu sangat menggangguku dan sedikit membuatku kesal.
"Bisa kau pelankan sedikit volumenya? aku sedang bekerja disini" Ujarku yang sibuk mengutak atik mobilku.
"Baiklah. Kau tahu sekali bagaimana menghancurkan semangat robot" gerutunya.
Aku mengganti lagu hip hop tersebut dengan lagu lagu yang Bella pinjamkan padaku. Dan sedikit membuat Kevin heran.
"Baiklah, kau mungkin tidak menyukai lagu lagu hip hop ku. Tapi..lagu jenis apa ini?"
"Bella meminjamkannya padaku" Jawabku
"Apa? Jadi, kau mendengarkan lagu lagu untuk orang orang sepertinya?"
"Sepertinya, maksudmu?"
"Ya..Orang orang dengan kitabnya, orang orang dengan keyakinanya dan juga orang orang pecundang" Jelasnya.
"Dia tidak seperti itu!" Gerutuku.
"Baiklah.." Katanya pasrah. "Jadi..Justin, kau membuat Laura berpikir akting ciuman itu, antara kau dan Bella benar benar nyata"
Aku hanya terdiam dan masih mengutak atik mobilku.
"Ada apa denganmu?Kau tidak punya waktu bagi teman-temanmu lagi."
"Entahlah teman, kau harus mengakhirinya".."Aku merasa jenuh melakukan hal yang sama sepanjang hidupku"
"Wanita ini telah merubahmu, dan kau bahkan tak menyadarinya." Ujar Kevin.
"Apa Laura mengatakan itu juga padamu?"
"Tidak. Aku yang mengatakannya sendiri, dan aku yang merasakannya.".."Oke teman, sepertinya aku harus pergi. Disini aku akan sangat menganggu" Katanya dan seketika pergi dariku.


****
         Malam ini bintang bintang bersinar tak seperti biasanya. Binatng bintang terlihat sangat indah malam ini. 
Aku melajukan mobilku menuju rumah Bella dengan santai. Dan tak lama kemudian aku pun sampai. Ku ketuk pintunya, namun tak ada jawaban. Akhirnya ku putuskan untuk melihat ke beranda belakang rumahnya. Ternyata Bella ada disana, pantas saja ia tak mendengarku.
"Hey.." Kataku sambil menghampirinya.
"Hey" Jawabnya sambil tersenyum dan kembali mentap langit langit.
"Malam yang indah ya" Kataku.
"Ya. Aku merindukan malam malam saat aku bersama Ibuku. Biasanya jika bintang bintang bersinar tak seperti biasanya dan terlihat sangat indah, aku dan Ibuku selalu diam disini dan menatap langit langit. Kadang aku sampai ketiduran dan ayah memindahkanku ke dalam" Ceritanya.
Aku hanya tersenyum mendengarnya, aku pun merasakan hal yang sama dengan Bella. Kadang aku sedikit merindukan Ayahku. Saat ini ingin rasanya ku peluk Bella, sama seperti memeluk Laura dikala ia sedih. Namun untuk memeluk Bella, itu sedikit sulit.
"Apa yang kau bawa?" Tanyanya sambil melihat kantung yang ku bawa.
Akupun memberikannya, karna itu memang untuknya. "Ini untukmu"
Ia membukanya dengan Bahagia, karna itu adalah Sweater. Aku sengaja membelikannya, agar ia tak di ejek lagi oleh orang orang.
"Terima kasih Justin" Ucapnya.


Tiba tiba saja Ayah Bella melihat kami dan menyuruhku pulang. "Tn.Carter, sepertinya ini sudah malam dan bukan waktunya bermain. Jadi Pulanglah.."
Aku pun menuruti perintah Ayah Bella dan segera pergi, tak lupa berpamitan dulu tentunya.
"Dah Bella..Sampai ketemu di sekolah ya" Ujarku sambil melambaikan tanganku padanya.


Terlihat Ayahnya tak suka jika putrinya bergaul dengan Brengsek sepertiku. Ia menceramahi Bella. "Bella! Kau lihat, anak sepertinya, mereka...mereka punya pengharapan! Aturan disini tetap tidak akan berubah!"
"Baik." Jawabnya pelan.
"Kau mungkin tidak perduli tentang apa yang kukatakan dan yang kupikirkan...tapi aku berusaha melindungimu!"
"Baiklah ayah, Baik! Ini cuma sweater, jadi tolonglah...jangan terlalu bersikap seperti ini padaku!". Bella pun masuk ke dalam rumah.


Sepulang kerumah, Ibu sudah menungguku di pintu. Pasti aku akan di ceramahi lagi!
"Mama sudah bicara dengan papamu hari ini. Dan ia bilang, ia melihat pertunjukanmu selama 10 detik"
"Mengirimiku Cek tiap bulan, tak menjadikannya Ayah!" Jawabku acuh dan langsung masuk ke dalam rumah.
"Justin! Banyak alasan mengapa ia meninggalkan kita...dan kau harus memaafkannya" Teriak Ibu dari jauh yang sama sekali tak ku dengar dan ku acuhkan.




        
NEXT PART 6 >>>
(Apa yang akan terjadi selanjutnya di sekolah? apa yang akan terjadi dengan Hubungan Justin dan Bella?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar